Dinamika Konsumerisme Produk Musik Skena Indie Dalam Perspektif Jean Baudrillard

Musik di Indonesia memiliki variasi dan keberagaman mengikat dengan kebudayaan sehingga kolaborasi sudah terjadi sekian lama melalui peradaban, bahkan di abadikan melalui lagu itu terjadi pada sebuah sejarah perjuangan kemerdekaan republik Indonesia maka tercipta musik nasional sebagai simbolisasi dari peringatan pahlawan nasional yang di hormati setiap tanggal 9 maret karena lahir nya hari pahlawan, jadi setiap elemen musik mempunyai warna unsur instrinsik yang belum bisa di ketahui namun bisa terbayangkan di masa depan. Terdapat banyak aneka musik dengan beberapa genre atau jenis music itu sendiri, karena di Indonesia bisa banyak pilihan dari setiap versi pertama hingga menjadi gelombang jenis music Indonesia semisal keroncong, menjadi melayu indie musical karena ada nya proses perubahan jenis music dengan menghadirkan inovasi music lama menjadi jenis music baru, Dalam konteks ini ada setiap pendengar music yang mendengarkan melainkan mempunyai sandaran elemen konsumsi gaya hidup baru seperti yang di gagas oleh filsuf kontemporer yaitu Jean Baudrillard yang menegaskan gagasan tentang konsumerisme sebagai ketergantungan kehidupan keseharian, menggambarkan situasi bahwa konsumen musik mengonsumsi barang yang memang sudah tersedia di pasar dan kedaulatan konsumen sepertinya tinggal mitos belaka. Jadi konstruksi identitas konsumen bukan berada di ruang hampa atau otonom, tetapi masih dalam ruang lingkup tatanan budaya kapitalisme. Munculnya rekonsiliasi terhadap masyarakat yang mendengarkan musik di daerah menanamkan simbol jenis music kepada lingkungan sekitar seperti dangdut tanpa sadar kita terdoktrin oleh music-musik sebelum era 90an akhir tetapi banyak sekali musik yang menjadi inspirasi musisi sebagai refrensi dalam pembuatan lagu, di lansir white board journal di pertengahan tahun 1990, para penikmat musik Indonesia lebih mengenal istilah underground yang cenderung lebih keras daripada indie.

Salah satu band indie di tahun 90-an yang memulai tradisi merilis album secara independen adalah Pas Band, yang berhasil menjual album sebanyak 5000 keping. Akibat dari keberhasilan tersebut, banyak band lain yang mengikuti jejak mereka, mulai dari band beraliran metal hingga rock. Di dalam sejarah musik indie sendiri, kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta adalah kota yang memiliki semangat independen atau underground paling tinggi. Pada masa itu, musik metalpun menjadi sebuah suguhan alternatif yang berani menempatkan isu-isu sosial dalam liriknya. Di Indonesia, kebanyakan musisi indie mengadopsi budaya barat dalam berkarya. Pada tahun 70-an, perkembangan musik dari musisi Indonesia dapat terlihat dari hadirnya Guruh Gipsy, Gang Pegangsaan, God Bless, Giant Step, Super Kid dan lain-lain. Deretan nama tersebut merupakan nama yang dikenal masyarakat luas dikarenakan musikalitas mereka yang dapat dibilang jawara Tanah Air. Mereka juga turut mempopulerkan semangat kemerdekaan yang memiliki elemen indie dalam musiknya. bukan hanya para pelaku skena musik lokal yang turut andil dalam memperkenalkan semangat independen di dunia musik, tapi media juga mempunyai peran yang penting, terlihat dari majalah aktuil, Perkembangan teknologi tak luput hengkang dari keadaan kebutuhan manusia dalam menggunakan music melalui digital, menjadikan kemudahan muncul nya musisi setengah matang tanpa melalui proses labelisasi dan negosiasi terhadap Perusahaan yang biasa nya membantu produksi music secara legal, Tetapi banyak masukan karena terjadi nya kausalitas positive atau negative karena terpengaruh kebudayaan suatu negara lain bahkan memulai polemik di skena musik dalam negeri atau luar negeri istilah Berger dinamakan culture code, yaitu struktur rahasia yang membentuk perilaku kita atau setidaknya mempengaruhi perilaku kita, yang pada akhirnya membuat hidup manusia didikte oleh objek.

Faktor pendorong pendengar musik yang fanatic terhadap skena indie yang menorehkan keburukan bisa seperti boomerang untuk penikmat yang di jadikan suasana yang baik, dalam mendengarkan music karena ini membawa keranah kesadaran manusia saat beraktivitas menurut perspective Baudrillard meyakini bahwa nilai tanda dan nilai guna barang material telah diceraikan. Terputusnya sesuatu yang simbolis dan yang nyata menghasilkan budaya simulasional dimana komoditas dibeli terutama karena nilai simbolisnya, Pengguna music digital bisa mengkonfigurasi setiap komunitas music indie yang ingin melakukan mini konser agar khalayak penonton bisa kondusif dan tidak terlalu konstruktif upaya mencegah kekerasan dalam bermusik karena music menghadirkan keharmonisan bukan kebencian, siapa pun bisa merasakan nikmat nya music tanpa harus membandingkan music yang lainnya, terdapat pengelolaan manajemen music yang bisa mengatur kerumunan music, biasanya panitia music dapat mengevaluasi konser music di Indonesia bekerja sama dengan pemerintah atau apparat kepolisian supaya tertib dan aman di atas panggung maupun di bawah konser music yang bisa di gambarkan melalui kepuasan penonton dan menjaga personel band atau artis nya tetap aman setiap konser di berikan jaminan sosial, kesehatan, fasilitas umum karena setiap acara konser music harus memiliki semua persyaratan pelayanan yang menunjang badan hukum dan perizinan setiap konser di daerah manapun.

Written by Taufik Akbar