Mengatasi ‘Menunda-Nunda’ dan Mulai Belajar Produktif dari Para Filsuf Kuno

Melalui dua pertanyaan sebagai pendekatan.

Berapa jam kamu menunda hari ini?
Apakah deskripsi “situasi terbaikmu”?

Mengapa perlu ngerti waktu nunda hari ini, kemarin lalu kemarinnya lagi? hari-hari hanya habis dengan menunda pekerjaan, tidak produktif sama sekali. Sehari saja tak menulis, bagi saya tak produktif, sehari saja tak membaca, maka cara pandang terhadap dunia ya gitu-gitu aja. Setidaknya saya meluangkan waktu sehari 3 jam menulis tanpa gangguan, 3 jam membaca buku dan 3 jam selancar di Internet. Ingat angka 3 berarti kata kunci, triangle keterkaitan dan asosiasi pada pekerjaan yang akan diselesaikan. Membaca sama dengan memberi makan pikiran, menyuburkan otak dan menulis sebagai cara meramu realitas menjadi sebuah bacaan lezat.

Kata yang sering terucap: “saya sedikit menunda”, “cuman 20 menit, 2 jam, 2 hari, 2 minggu”, “pekerjaan ini bisa diselesaikan besok”, “masih ada waktu”, dst.

Menunda 1–2 jam tidak lebih baik dari menunda 5 jam. Penundaan tetaplah penundaan. Tidak lantas pekerjaan terselesaikan.

Saat belajar, di universitas saya menunda merampungkan makalah selama 1 sampai 2 minggu. Setahun berikutnya, saat bekerja, saya menunda 1 sampai 2 jam sehari, kadang lebih. Saya sama sekali tidak mengembangkan potensi [produktif] secara optimal.

Terlalu banyak gangguan. Terlalu banyak tempat yang menghancurkan produktifitas. Okay, setiap hari sebenarnya kita selalu terganggu dan sulit untuk fokus menyelesaikan garapan atau tugas. Salah satu pengganggu paling pintar saat ini adalah [isi dari]smartphone dan sulit lepas tangan. Smartphone tidak sepenuhnya menjadi gangguan utama, namun aplikasi Facebook, Instagram atau Twitter nampaknya lebih membuat kecanduan dibanding apapun, saat ini.

Konflik batin. Kadang merasa “buntu” saat menyelesaikan tugas dan tidak kunjung berdamai dengan skill (keterampilan) dan values (nilai). Keduanya justru menyebabkan konflik dalam-diri sekaligus menghambat tumbuhnya motivasi. Hasilnya, pekerjaan apapun terhambat, sukar diselesaikan.

Kemampuan produksi terhambat. Kerja pengetahuan itu rumit, membutuhkan tekad kuat untuk memfungsikan pikiran. Jika tidak menyusun jadwal dengan baik, siap-siap keteteran. Setidaknya beranikan diri memberi batasan waktu supaya hasilnya maksimal.
Organisasi-organisasi dan para pelaku ekonomi sangat serius memandang produktifitas karyawannya sebagai sumber daya paling penting perusahaan. Sebagai contoh mengulang terus menerus latihan fisik dan otak para karyawan agar produk mereka hasilkan semakin bagus dan unggul.

Alasan seorang penunda merasa rumit dan sibuk ialah karena sikap menempatkan yang terpenting penting dan yang prioritas. Misalnya, hari ini harus menyelesaikan power point, menulis artikel atau menyelesaikan soal Toefl, dst. Menempatkan “hal penting” sebagai prioritas, berguna sebagai langkah menyusun strategi.

Kabar baiknya, kita bisa mengatasi berbagai pekerjaan dengan baik dengan menciptakan area sekitar sebagai pendukungnya. Menunda sebenarnya hanyalah lingkungan buruk yang hampir semua orang memahaminya, tidak peduli secerdas apapun orang tersebut, penunda suka meremehkan frekuensi penundaan mereka. Penundaan sebaiknya dikurangi dengan segera. Bisa diubah menjadi produktifitas, tanpa buang waktu.

Pernyataan ini sangat menarik: lakukan saja pekerjaanmu segera, hasilkan sesuatu, dan setelah selesai, tuliskan dalam catatan harian.

Mengucapkan memang tak sesulit menjalankan. Kenyataannya kita belum mampu bertindak dengan baik. Mungkin membutuhkan aturan-diri dan disiplin yang kuat demi mengalahkan kemalasan yang akut. Namun, saat mencapainya, saya pikir bisa produktif dengan waktu singkat dan tidak “merasa sibuk”.

Seorang pekerja dengan pemahaman soal produktifitas dapat memutuskan dua hal:

Pertama, Mencapai hasil yang sama dengan waktu yang singat (and work less)
Kedua, Mencapai hasil hasil lebih banyak dengan waktu yang sama

Pilihan orang produktif tentu ditujukan untuk meningkatkan kualitas-diri dan keseimbangan hidup supaya sejahtera. Segalanya dimulai dari tekad, bukan hanya hari ini, namun setiap hari.

Just do and keep it done!
— — –

Mantra ajaib filsuf kuno soal produktifitas

Beware the barenness of a busy life — Socrates

Waspadalah dengan keringnya kehidupan yang sibuk — Socrates

Seberapa lama kamu menghabiskan waktu scroll Instagram, melihat-lihat kehidupan orang lain yang sama sekali tak berkaitan dengan hidupmu?.

Malah, saat karir pekerjaanmu menyusut, kamu komplain: “Mengapa hidupku begini-begini saja, dan tak bernilai?” karena memang benar-benar buang waktu.

It’s time to say “no” to wasting time on useless things that do not bring you anything but short-term pleasure. it’s time to say “yes” to a life of more productivity that will bring you a better health, wealth, and more inner satisfaction.

[1] Don’t try to do more. Kesibukan menyebabkanmu tak produktif. Kamu melakukan banyak hal yang biasa-biasa saja. Sebaliknya, fokus saja menyelesaikan pekerjaan sebagai prioritas utama dan fokus penuh menjalankan pekerjaan paling urgent (mendesak) supay energi tidak terbuang sia-sia.

Tidak perlu naif seperti berani mengambil banyak kerjaan dan tanggung jawab. Sering dijumpai seseorang yang berani memutuskan mengambil banyak kerjaan sekaligus dalam satu waktu, namun juga harus disertai tindakan penyelesaian.

Memahami pentingnya mengerjakan satu tugas fokus penuh, merupakan kekuatan utama produktifitas, setelah terbiasa kamu bakal menghasilkan karya terbaik sesingkat mungkin.

Jalan singkat hanya dilalui orang yang tahu arah — V

[2] Selesaikan 3–4 tugas penting dan mendesak tiap hari.

Better a little which is well done, than a great deal imperfectly — Plato

Lebih baik satu hal kecil namun selesai, dibanding suatu yang besar namun tak tuntas — Plato

Time is a paradoxical concept [waktu adalah konsep yang paradoks/sukar dideskripsikan]. Sedangkan hidup itu panjang, seperti biasa, hari-hari terasa pendek. Kita mampu menginginkan berbagai hal selama hidup, namun mendaptkannya perlu konsistensi sedikit demi sedikit.

Jika hidup tak pernah punya tujuan jelas, tenang, itu belum kiamat. Tujuan pengembangan-diri, hubungan baik, dan kenyamanan ialah untuk meningkatkan diri ke versi terbaik.

Namun faktanya, setiap hari terasa pendek saja, kerjakan 3–4 tugas paling mendesak dan segera selesaikan.

[3] Menikmati pekerjaan.

Menikmati pekerjaan mampu menyempurnakan hasilnya — Aristoteles

Tetapkan tujuan. Fokus penuh sampai pekerjaan tuntas. Tujuan artinya fokus dengan cara melatih kesadaran diri dengan serius.

Ingin melakukan banyak hal namun malah pikiran merasa sibuk, bikin galau. Sekeras apapun pekerjaan hari ini, jangan anggap itu pengorbanan, hargailah tindakan kecilmu itu.

Tidak usah membenci diri sendiri. Nikmatilah setiap nafasmu, berbanggalah dengan pekerjaan saat ini. Cara ini memberikan dampak hasil terbaik dan bernilai.

[4] Singkirkan Gangguan.

If you seek tranquility, do less. or (more accurately) do what’s essentiall. Do less, better. Because most of what we do or say is not esentiall. if you can eliminate it, you’ll have more tranquility — Marcus Aurelius

Eliminasi adalah strategi kunci para pelaku yang produktif. Kamu bukan hanya menyingkirkan yang tidak-penting, namun segala hal yang mengganggumu. — Marcus Aurelius

Semakin banyak yang kamu singkirkan, fokusmu bakal optimal. Cobalah melihat diri sendiri seperti sebuah patung dengan berbagai kotoran dan kerikilnya yang menempel di sekujur tubuh. Ambil satu per satu kerikil sampai habis, sampai wajahmu sendiri terlihat jelas.

Apakah sosial media mencemari jiwamu? Eliminate it. atau, apakah seseorang menyebabkanmu sakit hati secara dramatis? eliminate them from your life. Singkirkan segala aktifitas-ketergangguan yang berdampak pada kesehatan jiwa dan produktifitasmu.

[5] Periksa terus diri-sendiri.

Neither blame or praise yourself — Plutarch

Pujian dan Celaan. Manusia sangat suka dipuji, namun juga celaan. Faktanya, ego-diri sangat suka diperhatikan.

Pilah seluruh aktifitas yang berdasarkan Ego-mu sendiri. Perlu dilakukan ialah menyadari ego-diri sendiri. Kebanyakan orang menjalani hidup tanpa menyadari bahwa ego merupakan salah faktor penghambat pekerjaan.

Saat orang mencelamu ketika salah bertindak, segeralah amati pikiranmu, hentikan celaan yang muncul dari dalm dirimu dan hentikan mencela orang lain. Cobalah cintai dirimu saat merasa bersalah. Mungkin sedikit naif, namun berlaku bagi siapa saja yang berusaha menemukan kedamaian dalam dirinya.

Namun, saat ego mulai over, segera lakukan pengecekan kembali terhadap sikap pikiranmu.

[6] Terus Maju

“it doesn’t matter how slowly you go as long as you do not stop” — Confucius

Tidak peduli seberapa pelan kamu berjalan, asalkan jangan berhenti — Konfusius

Suatu hari “tidak produktif” bisa saja menghancurkan seluruh momen yang telah dibangun, dan tak bisa mengulangnya. Jangan pernah meremehkan sulitnya hidup sebagai seorang produktif. Kenyataannya, akan ada saja orang yang meremehkanmu, karena mereka tak paham pekerjaanmu. Biarkan saja, banyakin baca buku, olahraga, dan tuliskan dalam catatan harianmu.

Sekecil apapun hasilnya, terus maju, hargailah dan tetap produktif.

[7] Menyandarkan pada sebuah sistem

“Great acts are made up of small deeds” — Lao Tzu

Tindakan besar dibangun dari perbuatan-perbuatan kecil — Lao Tzu

Melakukan atau tidak, segala hal yang kamu kerjakan merupakan bagian kecil dari sebuah sistem yang benar. Apa hal pertama yang perlu dilakukan setelah saat bangun?, entah itu pekerjaan yang kamu mulai?, jumlah pekerjaanmu?, seperti apa tempatmu bekerjamu?, apa makanan dan minumanmu?, bekerja atau tidak?, dst, semua terhubung mesra dalam sebuah sistem yang tidak terlihat.

Berbagai perbuatan kecil yang telah terkombinasikan tentu saja akan membentuk sebuah sistem dalam hidupmu [habit]. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan suatu hal besar dalam hidup, seperti: Kebahagiaan, Kebernilaian, kesehatan yang baik serta kesejahteraan, dan itulah sistem hidupmu.

Bisa jadi, saat ini belum memiliki sistem produktifitas untuk menjalani hidup, buatlah satu. Sebagaimana Lao Tzu, pikirkan tentang tindakan-tindakan kecil dan biasa, yang dapat dikerjakan dengan segera, setiap hari. Seperti apapun dalam hidup ini, hal besar tercipta dari perbuatan-perbuatan kecil. Juga, apapun hal besar dalam hidup yang pernah kamu capai, sepenuhnya adalah keputusan-keputusan kecil yang pernah kamu dibuat.

Hal terakhir yang perlu dilakukan segera ialah “jangan buang-buang waktu”, segera ambil tindakan supaya produktif setiap hari. Itulah yang akan mendefinisikan seperti apa dirimu.

Alvarisi, your writer friends

Penulis biasa | web developer

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Written by varisi

Web Developer, Penulis, Artworker, Tinggal di Semarang.