Sudah berulang kali mencoba, namun mengapa disiplin-diri amat sulit dilakukan?
“Self-discipline is the ability to do what you should do when you should do it, whether you feel like or not” — Elbert Hubbart
Kurang lebih begini, ‘Disiplin adalah kemampuan melakukan apa yang seharusnya dilakukan, kapan harus melakukannya, suka atau tidak”. Hubbart adalah seorang prolific writer (orang yang gila menulis) dalam sejarah Amerika. Ada sekitar 999 prinsip tentang kesuksesan dari buku maupun pengalamannya, namun tanpa adanya disiplin-diri, tidak satu pun akan bekerja.
Singkatnya self-disiplin ialah tindakan merealisasikan.
Sejauh ini disiplin diri masih dianggap musuh dalam selimut, kita sering melarikan diri ketimbang menghadapi ‘apa yang seharusnya di kerjakan’ dan musuh itu berada dalam rumah sendiri. Saat disiplin dalam diri tidak jalan, pekerjaan seseorang berujung pada frustasi, merasa gagal, seolah olah sulit mendapatkan yang diinginkan, dan tidak bahagia, maka seseorang akan terus menerus beralasan (excuse), sikap ini membawa kita pada sikap merasionalisasikan berbagai kemungkinan penundaan pada segala tindakan.
Brian Tracy menjelaskan tentang musuh kesuksesan, kebahagiaan dan kepuasan pribadi. Pertama adalah path of life resistance (jalur perlawanan kecil) dan kedua the expediency factor (faktor kebermanfaatan).
Pertama, sesuatu mengarah pada sebab-sebab seseorang untuk sering memutuskan mengambil langkah cepat di berbagai situasi. Berusaha menemukan jalan-pintas untuk segala sesuatu, singkatnya orang tidak sabaran mengatasi persoalan yang nyata dan harus dihadapi. Berikutnya, ialah kebermanfaatan yang dideskripsikan sebagai hukum penyangkalan kecil. Kebiasaan ini menyebabkan seorang gagal dan merasa tidak mampu mendapatkan apa yang diinginkan. Secara mendasar prinsip ini menjelaskan bahwa “orang selalu mencari cara tercepat dan termudah untuk mendapatkan yang ia inginkan, dan terkadang tidak peduli dengan konsekuensi jangka panjang perilaku mereka”, intinya: mengutamakan kesenangan dan kemudahan ketimbangan ‘kebutuhan’ untuk sukses jangka panjang.
Kedua, setiap hari, setiap menit, batin sering bergejolak sampai tidak sadar telah terjebak pada inkubasi tak produktif dengan dalih self-healing. Itu sebabnya lebih mengutamakan mana mudah, cepat dan menyenangkan ketimbang yang ‘paling dibutuhkan’ atau ‘penting dalam hidup’. Mendisiplinkan diri berkaitan dengan tindakan mengeksekusi, kemampuan berani mengambil keputusan-keputusan pahit untuk masa depan yang manis.
Aktifkan Pengontrol Diri: Setiap orang memilikinya
Ada banyak istilah tentang disiplin diri, salah satunya ialah self-mastery (penguasaan diri). Istilah ini lebih dekat dengan ‘upaya’ yang dapat membantu kamu mendapatkan apa yang seharusnya dibutuhkan, bukan kesenangan sesaat. Misalnya nafsu makan, kalau tidak dapat diatur dengan baik hasilnya berdampak pada kesehatan tubuh.
Istilah lain misalnya self-control (kontrol diri) ialah kemampuan mengatur diri dan tindakan-tindakan kita, mengendalikan apa yang kita katakan dan lakukan, juga memastikan lingkungan sekitar ikutan konsisten dengan pencapaian tujuan jangka panjang termasuk tanda bahwa seseorang sangat superior.
Bisa pula diartikan sebagai self-denial (penyangkalan diri), dimaksudkan bahwa seseorang menyangkal ‘kesenangan sesaat’ yang seringkali menjebak diri di jalan yang begitu-begitu saja. Disiplin diri itu butuh menunda kepuasan, dan kemampuan menunda kepuasan jangka pendek demi menikmati imbalan yang lebih besar jangka panjang.
Menguatkan Kerangka ‘Berpikir Jangka Panjang’
Pemahaman kita seringkali mudah kabur, apalagi dengan tujuan jangka pendek yang lebih mengedepankan kesenangan sesaat. Penelitian yang dilakukan Dr. Edward Banfield dari Harvard University menyimpulkan bahwa identitas terpenting seseorang mencapai kesuksesan terbesar dalam hidup ialah ‘long time perspective’ (perspektif jangka panjang). Ia menjelaskan ’time perspective’ (perspektif waktu) sebagai ‘jumlah waktu yang seseorang pertimbangkan ketika menentukan tindakannya saat ini’, selama 50 tahun Banfield melakukan riset dengan korespondensi dari berbagai kalangan.
Dengan kata lain, pencapaian-panjang bisa didapatkan oleh seseorang yang memiliki kualitas ‘berpikir jangka-panjang’ dan cara ini dapat dilatih dengan benar-benar melakukan tindakan yang berorientasi masa depan. Berpikir jangka panjang berarti kembali ke masa sekarang untuk segera memutuskan apa yang harus dilakukan saat ini atau yang harus tidak dilakukan saat ini dengan praktik melakukannya setiap saat. Cara ini sangat berguna sebagai pengembangan karir, hubungan dan keuangan. Practice self-discipline at all times.
Bisa jadi, kata yang paling penting dalam disiplin diri adalah ‘sacrifice’ (pengorbanan). Berani mengorbankan hal-hal yang bersifat ‘short-term’ untuk memastikan hasil dan penghargaan jangka panjang. Seringkali kita melihat orang orang di sekitar lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk bermain main dengan sosial media atau hanya mengambil keuntungan yang bersifat sesaat tanpa ada pemikiran jangka-panjang. Orang yang berani berkorban, mereka menghabiskan waktu bertahun tahun dengan belajar dan memperkaya keahlian yang lebih bernilai sehingga di masa depan hidup menjadi lebih mudah.
Kemampuan untuk berfikir, membuat rencana dan bekerja keras secara singkat tentu saja mendisiplinkan diri untuk melakukan apa yang seharusnya dikerjakan saat ini dan kebutuhan sebelum bersenang-senang adalah kunci menciptakan masa depan lebih baik. Misalnya saja, berpikir untuk mengembangkan skill adalah investasi untuk diri sendiri di masa depan.
Bertindak mengontrol diri atau mengontrol tindakan adalah cara supaya dapat mempraktikan ide dasar tentang disiplin-diri. Dengan kesadaran penuh dan bukan tindakan karena kesenangan sesaat, apalagi tindakan yang di kontrol oleh lingkungan sekitar. Kita tidak sedang bertindak atas keinginan orang lain, iklan atau kehendak sosial media, bertindaklah dengan penuh kontrol demi tujuan jangka panjang.
Dampak Kesenangan Jangka Pendek Pada Kesakitan Jangka Panjang
Ada dua hukum yang membuatmu seolah menjadi korban ketika gagal menerapkan disiplin diri. Pertama, “hukum konsekuensi yang tidak diinginkan” yang menyatakan kalau “konsekuensi yang tidak diinginkan dari suatu tindakan bisa jauh lebih buruk ketimbang konsekuensi yang diinginkan dari perilaku yang kita lakukan karena kurang berpikir jangka panjang”
Hukum kedua ialah “hukum konsekuensi sesat” yang menyatakan bahwa “tindakan jangka pendek yang hanya menuju pada kepuasan langsung dapat menimbulkan konsekuensi buruk, atau berbalik dari tujuan utama. Misalnya saja, kamu melakukan investasi masa depan dengan tujuan belajar supaya nantinya hidup menjadi lebih bahagia. Namun, karena tindakan tersebut tanpa berfikir lebih hati-hati seperti misalnya tidak menyelesaikan tugas dari sekolah, konsekuensinya malah jauh lebih buruk ketimbang kamu tidak menyelesaikannya sama sekali. Sepertinya, contoh semacam ini sering kita alami setiap hari.
Seringkali kita ‘tidak berfikir’ apalagi ‘berpikir jangka-panjang’ saat bertindak, dan lebih sering menuruti hal-hal yang bersifat sesaat dan sementara saja, cara berfikir semacam akibatnya akan menjadi kebiasaan buruk dan berulang terus menerus.
Kebiasaan Adalah Penentu Kesuksesan Kamu
Penelitian panjang yang dilakukan Herbert Grey telah menemukan apa yang disebut sebagai “the common denominator of success” (penentu umum kesuksesan) selama sebelas tahun akhirnya ia memberikan pandangan bahwa “successful people make a habit of doing the things that unsuccessful people don’t like to do”, begini “Seorang yang sukses membuat sebuah kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tak disukai oleh orang-orang yang tidak sukses. Sebagai contoh, orang yang sukses itu berani gagal, dan kegagalan yang saya maksud ini adalah sebuah percobaan yang bisa jadi ‘orang yang tidak sukses’ takut mencobanya.
Kenyataannya, ‘kegagalan’ sama sama tidak disukai oleh orang yang sukses maupun tidak sukses. Namun, orang sukses berani mengambil resiko untuk gagal atau berani melakukan tindakan tersebut karena ia tahu bahwa inilah harga yang harus mereka bayar jika mereka ingin menikmati kesuksesan dan penghargaan yang lebih besar di masa depan, kelak.
Grey menemukan bahwa nyatanya orang-orang yang berani mengambil resiko ini tidak peduli dengan “hasil yang menyenangkan”, sedangkan orang yang tak sukses, mereka lebih mementingkan “metode yang menyenangkan”. Menurutnya, seorang pemberani itu lebih mementingkan konsekuensi positif jangka panjang dari tindakan mereka setiap hari, sedangkan seorang penakut lebih suka dengan kesenangan pribadi dan kepuasan yang bersifat langsung.
Membiasakan Diri Agar Disiplin
Semua orang bisa mengembangkan disiplin dengan jalan berbeda. Kamu dapat membiasakan diri kamu supaya lebih disiplin dalam mengerjakan tugas, bangun tidur dan pola makan, meski butuh banyak berlatih. Menerapkan disiplin diri secara mendasar bentuknya adalah ‘melakukan apa yang harus dilakukan’, meski perasaan suka atau tidak suka saat mengerjakannya itu akan semakin kuat berdasarkan sejauh mana kamu mempraktekannya. Jika terbiasa melakukan yang harus dilakukan, kamu pun akan susah untuk membuat alasan.
Kebiasaan buruk itu sangat mudah dibentuk tetapi hidup kita akan semakin sulit. Sedangkan kebiasaan baik itu amat sukar dibentuk, namun hidup kita akan lebih mudah dengan itu. Kata Goethe, “everything is hard before it’s easy” — segalanya sulit sampai itu mudah.
Kabar baiknya, kebiasaan dapat dipelajari dan dipraktekkan, juga membiasakan disiplin diri sangat mungkin untuk diterapkan dan menjadi salah satu kebiasaan yang akan menjadi aset berharga kamu di masa depan. Setiap berlatih disiplin itu juga akan memperkuat disiplin di bidang lainnya. Sebaliknya, tidak mempraktekkan disiplin akan melemahkan aspek lain dari kebiasaan kamu.
Saat kamu berlatih disiplin, pertama-tama kamu harus memberikan keputusan tegas tentang “bagaimana kamu akan berperilaku dalam aktivitas tertentu”. Kemudian, tolak semua hal yang membuatmu mengijinkan berbagai gangguan masuk sampai kamu benar benar sudah memiliki sifat disiplin mapan (menjadi kebiasaan). Setiap kali kita mengarah pada gangguan, bertekadlah terus menerus untuk mempraktekkan disiplin sampai itu menjadi hal yang mudah dikerjakan olehmu sendiri.
Baca juga: Radio Star Sukses Gandeng VOA dan Jurnalis Era Digital
Bertindak disiplin butuh latihan, namun bukan tidak mungkin juga. Mempraktekkan disiplin sampai terasa mudah melakukannya merupakan kunci penguasaan kontrol-diri (menguasai diri). Setiap kali merasa terdistraksi, kembali disiplinkan diri, lakukan apa yang seharusnya dilakukan.
